Mereka Berbahaya

Sumber twitter

Apakah semua keturunan Timur Tengah seperti ini? Tentu saja tidak. Banyak yang tau diri, bahkan menjadi tauladan karena sikap, sifat dan ke-ilmu-an nya yang memang mumpuni. Sesuai dan meniru apa yang Rasulullah SAW contohkan, serta ajarkan. Mereka layak dan sangat pantas untuk mendapatkan hormat.

Namun kita juga tidak boleh menutup mata jika ada bahkan banyak turunan Timur Tengah yang tidak tau diri. Sudah terlalu lama kita disajikan bagaimana bangsatnya imam (perut) besar yang seenaknya melecehkan kepala negara bahkan pancasila. Cukup? Tidak! Budaya kita pun dia lecehkan. Masih ingat bagaimana dia mengganti atau memelesetkan istilah sampurasun menjadi (maaf) campur racun? Ini bukan lagi dakwah, tapi sudah pada menghina budaya.

Padahal agama dan budaya adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Baju adalah hasil dari budaya. Jika agama tidak boleh campur dengan budaya, silahkan sholat dengan tidak memakai baju. Silahkan juga kalau beribadah tidak usah memanggil dengan TOA. Karena TOA juga adalah hasil dari budaya. Budaya yang diciptakan kafir malah. Kadang, nalar mereka yang baru belajar agama dari google itu memang ga ada.

Kembali soal keturunan Timur Tengah. Apa sih sebenarnya tujuan mereka melakukan itu? Ya, menghina budaya dan mengklaim bahwa mereka adalah kaum superior dan beradab. Padahal kalau mau ditengok, daerah paling sering perang dan kekerasan ya daerah mereka. Ekonomi. Ya, mereka sebenarnya adalah makhluk gila harta. Mereka itu bukan mau memperbaiki akhlak, akidah, apalagi memperjuangkan syariat Islam. Mereka itu sama dengan kapitalis yang mana menempatkan uang sebagai Tuhan.

Bedanya, kalau Berat (US, kawan2nya) dan Timur (China dan teman2 satu kawasan) menjual teknologi atau sesuatu yang berdasarkan riset. Mereka jualan agama. Sialnya atau tololnya banyak orang orang Indonesia yang percaya dengan apa yang mereka diperdagangkan. Entah, apa alasan mereka mengagumi imam (perut) gede. Dari sisi kemampuan agama? Masak iya seorang yang katanya alim membahas lonte di pengajian memperingati Rasulullah SAW?

Dari sisi akhlak? Masak iya Rasulullah mengajarkan kita mencaci maki orang? Apalagi yang dicaci adalah pemimpin tertinggi negeri ini. Lepas dari ketidakpuasan atas kebijakan yang menurut dia salah, harusnya kalau orang sudah berlabel ulama tentu bisa menggunakan cara2 yang beradab. Bukan cara bangsat. Kalau sepeti itu apa bedanya dia dengan gali lokalisasi yang hanya kenal alkohol dan vagina? Kembali, kenapa yang seperti ini masih dipuja?

Sudah matikah nalar rakyat Indonesia? Hanya karena tertarik iming2 surga versi bangsat yang dipakai sorban bahkan rela mati sia2? Dan hari ini apa yang dilakukan oleh imam (perut) gede seolah dijadikan role model oleh sebagian turunan Timur Tengah. Menghina nenek moyang dan budaya Indonesia. Dia mengklaim bahwa tanpa mereka kita ga kenal Allah. Ini jelas orang yang tidak pernah ngaji. Bukankah hidayah itu adalah hak prerogatif nya Allah? Allah yang berhak menentukan siapa dapat hidayah siapa tidak.

Kenapa mereka mengaku dan menepuk dada seolah mereka adalah Allah? Yang kalau ga ada mereka kita ga akan menyembah Allah? Sombong dan merasa paling hebat. Mereka ini sudah seperti iblis. Hanya saja, mereka tidak takut pada Allah. Iblis, meskipun seperti itu, ga akan pernah berani melawan Allah. Tapi kembali lagi, sikap jumawa mereka adalah hasil dari sikap sebagian orang Indonesia yang rela menjadi babu bagi mereka.

Mereka yang dengan bangga mencium kaki dan tangan para turunan ga jelas itu. Mau sampai kapan, seperti ini? Mau sampai kapan muncul kesadaran bahwa derajat manusia itu sama di mata Allah? Berhati-hatilah kawan. Sebab jika yang seperti ini kalian biarkan, jangan kaget kalau negeri mu akan seperti Yaman dan Suriah. Di mana istri dan anak perempuan mu akan diperkosa dan diperjualbelikan oleh bangsat2 timur tengah dengan dalih AGAMA!

Indonesia (Tidak) Baik-baik Saja…

Faktanya memang seperti itu. Mau dibantah seperti apa, fakta sudah menjelaskan bahwa negara kita memang sedang sakit. Ini bukan soal utang luar negeri. Ini juga bukan soal berita sana-sini soal tenaga kerja asing yang masuk ke sini. Ini soal, sebuah lembaga super power (ga bisa diaudit semuanya) yang memakai jubah agama. Ini soal lembaga yang mengandung frasa ahli agama.

Polri, dengan pasukan elite nya menangkap salah satu fungsionaris organisasi (ga jelas bentuknya) itu,kalau kata Gus Mus. Dugaannya tidak main2, terindikasi ybs terlibat dalam gerakan terorisme! Weleh2, tau agama tapi kok seneng banget kalau ada orang mati karena di boom dengan alasan ga jelas. Saya bilang, ga jelas. Dan ga ada dalam dalil Al Quran dan Hadits, soal pembolehan membunuh, yang dianggap berbeda dalam keadaan damai.

Dari sini, saya mulai berfikir logis. Apa selama ini dana yang dikumpulkan dari masyarakat, dipakai mereka untuk kegiatan teror? Hal ini akan mudah terpatahkan, ANDAI ada audit kemana saja uang yang mereka dapat. Sayangnya, seperti yang saya bilang di atas, lembaga ini kan super power, tidak tersentuh. Makanya tidak pernah ada auditnya. Lalu apa alasan sebuah LSM kok tidak bisa diaudit, padahal jelas2 mengumpulkan dana dari masyarakat?

Lebih aneh lagi, LSM yang BUKAN LEMBAGA NEGARA ini berhak untuk mengeluarkan sertifikat halal untuk semua produk termasuk kulkas! Wkwkwkwk! Emang ada orang makan kulkas ya? Sampai perlu dikasih embel2 halal? Mungkin ada. Kenapa bukan Kementrian Agama yang mengeluarkan ini? Atau kalau memang mau diserahkan ormas, ada NU dan Muhammadiyah yang punya dewan fatwa dan sudah pasti diisi oleh tokoh2 yang kapabel ngurus soal ginian.

Apakah kegilaan lembaga itu stop sampai situ? Tidak! Masih ada fungsionaris yang ngomong kalau NKRI harus bubar! Apa tidak kurang ajar? Dan herannya, kenapa sih teman2 Polri masih diam saja? Ini pernyataan provokatif atau malah bisa dikategorikan makan lho. Apalagi yang ngomong seorang tokoh. Meskipun saya ga tau juga tokoh apaan dan apa latar belakang nya. Yang jelas, saat dia berbicara ada nama lembaga dengan embel2 ulama.

Bagi yang otak dan nalarnya sehat, mungkin pernyataan itu dianggap bodoh. Tapi gimana dengan mereka yang tololnya mengalir sampai jauh? Yang mau ikut reuni yang ga jelas tujuannya? Belum lagi anasir2 penghianat yang lembaga nya sudah dibubarkan. Ini kan semacam legitimasi untuk menegakkan utopia soal kilapah. Ingat, secara kelembagaan mereka memang sudah bubar. Namun bangsat2nya masih ada dan tersebar di mana-mana. Bukan cuma di jalanan, di lembaga negara pun ada.

Kembali soal lembaga super power dengan topeng agama. Setelah melihat fakta di atas, masihkah kita akan memberi panggung untuk mereka? Masihkah kita akan mempertahankan eksistensi mereka? Kalau saya, jelas tidak. Minimal, kalau memang tidak bisa bubar, audit keuangan harus jelas. Satu yang pasti, kita dan semua yang mencintai INDONESIA, harap waspada. Karena kondisi negara kita tidak sedang baik-baik saja.

Makan Semen???

Ini bukan kemacetan biasa. Ini masalah besar yang harus segera dicarikan solusi nya. Masak iya, Kudus-Semarang 5 jam! Ini bukan sehari dua hari, tapi sudah hampir seminggu. Banjir, memang alasannya, tapi bukan alasan utama menurut saya. Jalan yang rusak dan berlubang cukup dalam adalah sebab utamanya. Jalan rusak, akan membuat armada besar macam truk dan tronton berjalan lambat. Perlambatan ini yang menjadi sebab penumpukan kendaraan. Semakin lama, yang menumpuk semakin banyak, maka terjadilah macet panjang.

Lalu, solusi nya apa? Segera memperbaiki jalan yang rusak? Itu salah satu. Salah lain nya, tingkatkan kualitas jalan. Saya heran ada jalan yang dibangun dalam waktu yang sama namun masih kokoh berdiri tanpa ada kerusakan yang berarti. Padahal armada yang lewat sama, artinya beban nya sama kok masih awet dan ga rusak? Sementara ada jalan lain, yang benar-benar hancur dan berlubang sangat dalam. Ini kan aneh, patut dipertanyakan. Apakah kontrktornya beda? Apakah anggaran nya beda? Saya rasa ga mungkin. Wong masih satu ruas kok. Masih satu jalur, sama-sama pernah tergenang air.

Ayolah, ini zaman modern. Udah ga zaman nya lagi pelaksana makan semen, pasir dan batu. Semoga saja pihak terkait, terutama Pak Gub, concern dan tanggal dengan hal ini. Hingga ketika anggaran untuk perbaikan jalan turun, bukan hanya waktu pengerjaan yang disorot, tetap juga kualitas pekerjaan juga menjadi bahan untuk dievaluasi, diteliti dan diawasi dengan benar.

Epic Abadi…

Gw pajang pas WS aja ya. Iseng liat si bar2 Rudy mainkan Mobile Legend kok kayak nya asik ya. Ya ikut-ikutan deh. Hasilnya? Hampir tiga bulan main, masih menetap di Epic saja. Ngoahahaha.. Susah untuk naik ke legend. Apa karena gw jarang main? Hingga skill gw pas-pasan dan angin-anginan? Bisa jadi. Gw merasa kok, kadang main bagus banget, tapi kadang juga ampas pakai banget.

Well, udah sebulan lebih gw ada di Epic. Belakangan ini mulai stabil di Epic III/II. Dulu sering banget, bolak balik dari GM ke Epic. Semoga segera naik ke legend. Agak berat, karena gw bukan tipikal player yang betah berlama-lama di depan smartphone. Hehehe.. Ada yang udah Mythic di sini?

Valentine…

Tumben tidak ada yang ribut soal palentin. Biasanya tiap tanggal 14 Februari gini kan udah ribut ga jelas. Apa karena si ormas ga jelas alias radikal dibubarkan? Atau, sudah ga ada lagi aliran dana untuk memicu kekisruhan? Apapun itu, kita patut bersyukur. Keadaan tenang dan damai. Buat yang mau merayakan valentine, ya monggo saja. Yang ga merayakan dan kontra, lebih baik diam saja. Toh semua orang punya hak, bukan? Selama kita ga kena senggol, ya santai saja.

Ternyata hidup adem kayak gini tuh enak. Ya semacam hidup di jaman dulu lah. Di mana para ekstrimis belum menyebarkan paham ga jelasnya. Semoga kondisi ini terus dapat dijaga. Hidup lebih indah jika ga ada kebencian. Itu saja sih. Salam Damai.

Nyanyian Tanda Bahaya…

Gw bilang ke Lina kalau ada urusan sebentar. Lina pun ga tanya urusan apa. Mungkin dia sudah paham kalau bisnis itu urusan cowo. Apalagi di rumah ada Cathrine, jadi makin komplit alasan dia “ga mau tau.” Harusnya gw ga mengurus hal kayak gini. Tapi nama “Panjul” itu yang membuat gw tertarik untuk bergabung dengan Aji dan mungkin kawan-kawannya. Mereka pasti ada di posisi yang ga salah.

Hanya butuh waktu 15 menit, gw sudah mendarat di Tembalang. Aji sudah memberikan gw posisi dia ada di mana. Terlihat di depan sana Panjul dan teman-teman nya. Gw masih belum tau, ada urusan apa sebenarnya. Tapi sepertinya ga jauh-jauh dari urusan wanita ini sih.

“Ini ada apa boss?” Tanya gw ke Aji, setelah merapat dan mengamati suasana.

“Biasa Ndo. Ribut antar jurusan. Mereka nantang gitu buat duel.” Jelas.

“Lha terus? Ini kenapa malah saling berhadapan aja? Langsung mulai dong.” Pancing gw.

“Kayak ga tau bocah aja Ndo. Kita nonton aja ya. Ga usah ikut campur. Nanti kalau ada yang terdesak, baru deh kita pisahin.” Sial, jauh-jauh ke Tembalang hanya untuk melihat orang berantem?

“Terserah lu. Tapi kalau soal siapa yang salah, gw udah paham boss.” Ujar gw.

“Tetangga lu ya Ndo? Hahahaha Gokiel emang orang itu.

Lagi asyik ngobrol dengan Aji, baku hantam beneran terjadi. Awalnya memang seimbang, tapi semakin ke sini semakin tertekan si Panjul. Kalah dia. Dia kabur ke arah gw dan Aji ngobrol. Terlihat tatapan mata kurang senang waktu melihat gw. Gw? Bodo amat. Mau Panjul melotot kayak apa juga ga akan peduli gw. Asalkan dia ga memaki dan main fisik, akan gw abaikan.

“Masih aja petentang-petenteng dia Ndo.” Ujar Aji.

“Biarkan aja boss. Asalkan dia ga nyenggol, gw si bodo amat.”

“Hahaha.. Kos ku wae Ndo, ada bahan noh di sana.” Ajak Aji.

“Bahan? Tobat wahai saudara ku. Alkohol itu haram Ngoahahahaha..”

“Setan koe ya. Biasane pie Ndo?”

“Siap Hehehehe..”

Hari ini mabok lagi? Kayaknya sih ga. Hanya minum sedikit. Dosa? Kurang tau gw. Anggap saja ga, kan ga sampai mabok. Laen soal kalau sampai mabok, itu baru dosa. Ada tiga dewa, ada juga beer dan beberapa camilan yang sudah tersedia di kosan Aji. Personel yang ikut, ada lima orang termasuk gw. Enteng lah ini. Ya yakin masih bisa pulang dengan kepala yang ga berat. Masalahnya, bagaimana menyamarkan bau mulut. Itu saja sih. Kalau Lina tau, akan keluar siraman rohani ala-ala Cinta.

Nasib gw baik, karena saat gw pulang ke rumah Om Lee suasana sepi. Nampaknya lagi ga ada orang di rumah. Dengan cepat, gw mandi, gosok gigi dan buat kopi. Baru saja mengaduk kopi, Lina udah nongol sama Mamanya. Selamat. Mereka beli pecel dan gorengan di kampung sebelah rupanya. Hari ini mereka malas masak. Ga masalah sih buat gw, toh ini hari libur kan? Sekali-kali ngga terikat dengan rutinitas boleh lah. Kabar baik selanjutnya adalah, Lina ga tau kalau gw habis minum.

“Kamu dari mana tadi yanx?” Tanya Lina.

“Dari Tembalang Ta. Ketemu Aji. Ngobrol dan sapa tau ada peluang jual rumah kan. Teman nya dia kan banyak Ta.” Sedikit bohong sih. Karena bagian minum nya ga disebut.

“Amin yanx moga lancar biar cepet punya uang buat beli rumah sendiri.”

“Aku juga mau bisnis ah yanx. Mau bikin kue2 gitu. Pesenan dulu deh. Kalau lancar, lanjut bikin yang tetap dan dijualin di toko-toko.”

“Yakin kamu Ta? Dedek masih kecil lho. Kamu ga repot kalau harus urus dedek sambil kerja?” Tanya gw.

“Ga ah yanx. Dedek juga ga rewel kok. Lagian dari pada bengong ga ngapa-ngapain.”

“Ya udah. Yang penting besok kita ke Kudus dulu ya. Ngomong sama orang tua ku Ta.”

“Kalau itu sih siap yanx. Kamu makan dulu sana. Belum makan kan?” Tanya Lina.

“Belum Ta. Kamu kenapa ga masak?”

“Hehehe males yanx. Tadi keasyikan ngobrol sama Mama dan Cathrine.”

“Gosip ala emak-emak pasti.” Goda gw.

” Ada deh yanx. Cowo ga perlu tau ah. Hehehe..”

Jiwa pengusaha? Apakah Lina mewarisi bakat dari Papa nya soal bisnis? Di mana ketika dia melihat ada peluang, akan dia sambar untuk menghasilkan? Gw ga terlalu yakin sih. Berusaha itu bukan turunan, tapi lebih ke tekad. Bukan turunan pengusaha, kalau tekad dan kemauannya keras untuk bisa usaha, pasti jadi juga. Sebaliknya, kalau turunan pengusaha besar namun ga ada niat dan malas, ya ga akan jadi apa-apa.

Sisa hari, gw habiskan bercanda dengan anak gw. Sore nya ya cuci mobil dan mampir ke kosan. Bukan untuk ketemu siapa-siapa hanya mau membersihkannya aja. Jarang ditempati, bukan berarti harus dibiarkan bukan? Siapa tau gw sewaktu-waktu butuh menyendiri. Kan bisa tuh gw pakai tanpa risih karena tempat nya kotor dan ga terawat.

“Hi mas.” Sapaan yang gw kenal. Astrid. Si mba pelatih senam.

“Hi juga mba. Baru pulang kah?” Kebayang ga, cewe baru pulang senam dengan pakaian bawah yang dia pakai untuk senam dan atasan yang tertutup jaket, plus beberapa butir keringat yang belum kering benar?

“Iya nih mba. Kamu kok ga pernah kelihatan mas?” Tanya Astrid.

“Masak? Lha ini kelihatan ga mba? Hehehe..” Goda gw.

“Yeee.. Kemarin-kemarin mas. Kalau ini sih kelihatan.”

“Lagi banyak kerjaan mba. Jadi ya ga sempat untuk ke sini. Laju terus mba.” Jelas gw, lagi-lagi agak berbohong.

“Oh, kamu dari Kudus ko ya?”

“Yap. Kamu berarti di sini terus mba?” Kenapa gw malah nanya hal pribadi sih.

“Terpaksa sih mas. Karena di sini tempat yang aman dari gangguan si pengacau.”

“Kenapa ga diselesaikan dengan baik-baik saja sih mba? Kamu mau nya apa, dia apa. Lalu dicari deh jalan tengahnya.” Sok tua gw.

“Kalau orang punya otak sih enak mas. Kalau dia ga punya otak? Maunya dia apa, ya harus dituruti mas. Padahal aku udah malas.”

“Hm…” Bingung lah, mau ngomong apa.

“Kamu pasti heran ya mas?”

“Ga lah mba. Tiap orang kan punya masalah masing masing. Dan, tiap orang juga punya solusi menghadapi masalahnya. Yang kadang jadi masalah, orang ga tau apa-apa, tapi malah sok tau ingin memecahkan masalah orang lain.”

“Aku ga mau kayak gitu. Ya sebatas, kasih pandangan umum aja sih mba. Hehehe..”

“Makasih mas. Ya aku anggap ini yang terbaik sih mas. Sementara memang.”

“Gapapa mba. Oh iya, aku masuk dulu ya mba. Mau beres-beres nih.”

“Iya mas.”

Gw ga tertarik untuk tau lebih jauh urusan Astrid. Lha gw mikir hidup gw saja pusing, ngapain harus mikirin hidup dan urusan orang lain. Gw lanjut bersih-bersih kamar kos, terutama bagian kamar mandi nya. Sudah agak kotor karena ga terjamah. Gw juga sapu dan pel lantai kamar. Gw hidupkan PC, ada beberapa tugas dari kampus yang harus gw selesaikan. Mengapa ga di rumahnya Lina saja? Karena gw mau nya di sana itu santai dan fokus sama anak gw.

Lepas Magrib, gw rencanakan untuk pulang ke rumah nya Lina. Pokoknya, tugas harus selesai dulu biar ga ada beban. Suasana kosan ini sebenarnya mendukung untuk berfikir jernih. Kalau sudah di dalam kamar itu tenangan suara dari luar pun ga terlalu terdengar. Gw saja heran, padahal ga ada peredam dan kamar kanan kiri gw menyetel musik keras-keras. Harusnya, suara nya kan terdengar sampai luar.

“Ayanx, kamu balik kapan?” Sebuah BBM masuk dari Lina.

“Bentar lagi Ta. Ini baru selesai beresin tugas.” Balas gw.

“Kenapa ga kamu kerjain di rumah aja sih yanx. Kan aku bisa bantuin.”

“Hehehe.. Ga usah Ta. Kamu ga paham, ini kan bukan akuntansi.” Godain aja sekalian.

“Ih.. Maksudnya kan bantuin ngetik ayanx. Bukan bantuin mikir.”

“Hehehe.. Jangan juga, kamu udah repot urus dedek lho masak masih tak tambah urus tugas ku.”

“Wu.. Cepet pulang yanx, ditunggu Papa nih lho mau makan malam bareng.”

“Siapp boss ”

Kalau Lina yang nyuruh, mau hujan badai ditambah petir pun ga jadi masalah. Gw segera bereskan semua tugas gw, membawanya ke mobil untuk kemudian gw cabut balik ke rumahnya Lina. Sebelum gw masuk ke mobil, nampak ada yang mendekat ke arah gw. Waktu memang masih dekat dekat dengan Magrib. Gw ga tau gimana ceritanya, hingga mata gw menatap ke arah “orang” yang agak aneh.

Tingginya nyaris sama dengan gw, namun kulitnya itu lho penuh dengan bulu. Dan saat dekat saling beradu mata, matanya nampak putih semua. Cukup? Belum. Aroma dari makhluk ga jelas itu sangat busuk. Apa iya ini yang dinamakan setan. Gw sempat tertegun beberapa saat, sampai.

“Kakek ane! Bajingan!” MAKI gw keras-keras. Dan itu cukup untuk memancing penghuni kosan keluar. Lebih mereka yang ada di lantai satu.

“Ada apa mas?” Tanya salah satu penghuni bawah. Gw lihat arah berjalan tuh “orang” sudah ga ada bekasnya. Fix, demit.

“Gapapa mas. Kaget aja tadi.” Elak gw.

“Sorry-sorry mas kalau ganggu.” Ujar gw kemudian.

Mas-mas yang nanya tadi hanya menggeleng-geleng kepala kemudian masuk ke kamar lagi. Gw maklum si, emang gw yang sinting. Maki-maki “tanpa alasan.” Gw mau bilang ada orang aneh, juga ga ada buktinya kan? Jadi anggap saja itu halusinasi gw. Atau memang itu real, tapi hanya gw yang ketiban rezeki untuk lihat penampakannya dengan jelas.

Gw ga menceritakan apa yang barusan gw alami ke Lina. Buat ap? Selain hanya akan menimbulkan takut, bisa jadi Lina ga akan percaya. Cinta kan kurang atau malah ga tertarik sama sekali dengan yang namanya mistis, demit dan dunia yang ga bisa dibuktikan dengan akal, nalar, serta logika. Makam malam kali ini agak ramai, karena ada Cathrine yang juga ikut gabung dengan kita.

Selesai makan, Cathrine langsung cabut. Jadi tadi dia ceritanya ke sini karena ambil jaket yang ketinggalan. Sinting kan? Kenapa juga ga diambil besok saat pergi atau balik dari kampus? Uniknya manusia. Kadang apa yang kita pikirkan bisa berbeda dengan apa yang orang lain pikirkan. Saling menghormati saja sih. Kalau ga mau disenggol, ya jangan nyenggol.

“Lu ada waktu ke Salatiga ga Ndo.” Sebuah sms masuk dari Arief.

“Kapan? Kegiatan lagi padat merayap Pret. Tapi gw usahakan.” Balas gw.

“Sebaiknya lu beneran usahakan Ndo. Ada yang ingin Pak Arief sampaikan ke lu.”

“Penting banget kah Pret? Apa gw perlu untuk nelpon Guru?” Tanya gw.

“Kalau bisa jangan by phone. Selain kurang elok, juga karena ini penting banget.”

“Soal? Balas napa.” Cecar gw.

“Ga bisa Ndo. Karena gw takut hal yang ga seharusnya gw sampaikan, malah gw sampaikan. Pak Arief yang lebih paham.” Main teka teki dia.

“Pasti soal perkawinan beda agama kan?” Agenda gw yang paling dekat kan ini.

“Gw ga bisa ngomong Ndo. Tapi tolong untuk kali ini lu ga usah banyak nanya. Lu langsung ke Salatiga saja.”

“Kayak apaan aja sih Pret? Kalau mau lu gitu, OK gw akan ke sana secepatnya.

Memang ada orang yang tau sebuah peristiwa bahkan sebelum peristiwa itu terjadi. Bukan karena dia hebat, tapi karena Tuhan mengizinkan. Namun bagi orang yang tertutup hatinya, sulit untuk memahami kode yang Arief kirimkan. Sebuah kesalahan yang bahkan nyaris mengantarkan gw ke neraka sebenarnya. Gw punya teman baik, peduli, tapi gw abaikan semua yang dikatakannya. Sesuatu yang ga akan gw ulangi di masa depan..

Ciaooo…

Imlek…

Selamat merayakan Imlek untuk kalian semua yang merayakan. Gw rasa ga ada doa terbaik selain meminta keselamatan dan tetap kuat di tengah pandemi dan musibah yang datang silih berganti. Semoga di tahun yang baru rezeki nya tambah lancar. Sehat, yang jomblo segera dapat pasangan. Yang udah kawin semoga nambah #eh. Bukan, semoga langgeng dan bahagia.

Kalau ingat Imlek, tentu kita ga akan lupa dengan KH. Abdurrahman Wahid. Pada zaman beliau lah, perayaan Imlek boleh dilakukan secara terbuka, besar-besaran, bahkan ditetapkan sebagai hari libur nasional. Gus Dur paham benar bahwa semua manusia itu sama dan setara. Apapun latar belakangnya, setiap orang berhak untuk menjalankan tradisi yang dianutnya, sepanjang tidak melanggar hukum.

Sikap yang wajib kita teladani. Tau sendiri lah gimana keadaan sekarang. Ga hijab-an dicap kurang iman. Waduh2, emang yang men-cap itu assisten nya Tuhan kah? Ada lagi kasus, Tidak beragama Islam, tapi kok dipaksa untuk berbusana seperti yang lazim dipakai umat Islam. Ini kan gila nama nya? Kalau ada yang bilang dakwah, ya keliru. Dakwah kok maksa.

Ya sudahlah, toh sudah diselesaikan oleh 3 menteri. Dan kita semua berharap, agar yang seperti itu tidak terulang lagi. Damai Indonesia ku. Menuju masyarakat yang sejahtera bersama. Salam Damai.

Mata Satu…

Apakah polri kekurangan penyidik hebat hingga orang yang sudah tidak capable masih ditempatkan di KPK? Yah, gw lebih senang menyebut -you know who- tidak lagi punya kapabilitas. Atas dasar apa dia mengomentari meninggalnya Sony? Bukan kah lebih baik dia fokus mengejar Harun Masiku? Kalau ga mampu nyerah aja. Ga usah ngomong soal formula E apalagi lem yang dianggarkan milyaran sama Turunan Yaman.

Mau sampai hari raya nya monyet juga ga akan diusut. Ngimpi kalau masih ada yang berharap anggaran aneh itu akan dibahas apalagi dibidik oleh pemberantas rasuah. Heran, karyawan negara kok malah kritik terbuka ke sesama aparat. Masak ga diajari bagaimana menyampaikan masukan pada teman satu institusi. Mbok ingat dulu sama tersangka pencurian walet yang ditembak dan disetrum.

Kalau sudah bosan jadi karyawan negara, dan pengen serang pemerintah, ajukan lah pensiun dini! Takut ya? Kalau saudara mu sesama Yaman dibidik? Beneran jengkel sam orang model gini. Gw lebih respect sama Andi Arief. Nyinyir, tapi jelas posisi nya ada di luar pemerintah. Lha dia? Semoga panjang umur deh. Biar liat gimana keadilan Tuhan Bekerja.

Nyanyian Alam…

Pagi.. Pagi ini matahari nampaknya masih malas muncul. Hujan deras dari tengah malam, baru berhenti subuh tadi. Dingin dan muram. Semburan keadaan beberapa tempat di sekitar sini. Banjir dan beberapa tragedi bencana datang silih berganti. Alam sedang marah? Apakah bisa alam marah? Gw rasa tidak. Alam hanya sedang menunjukkan hukum sebab-akibat. Ini lho kalau kamu seenaknya mengeras lahan hijau. Jadinya ya seperti ini.

Curah hujan? Setinggi apapun, jika alam masih terjaga, semua akan baik-baik saja. Tuhan menciptakan sesuatu itu sempurna. Termasuk alam dan isinya. Lalu datanglah kita, para manusia. Ingat apa yang sudah kita lakukan pada alam? Sudah bersahabat kah kita dengan alam? Atau kita hanya terjebak pada seremoni seolah-olah kita ini cinta alam, tapi ga pernah berhenti untuk melakukan eksploitasi pada alam. Jika mau berbenah, tidak ada yang terlambat.

Alam mewakili suara hati. Paling ga hati gw lah. Beberapa orang dekat dipanggil Tuhan. Om Janadi, dan Mbah Balola adalah contoh nya. Dua-duanya orang yang berpengaruh di tempat mereka bekerja. Om Janadi adalah komandan panutan di Resmob Polrestabes. Dan siapa ga kenal kepala suku nya NS? Pak Wan Balola. Garis hidup memang ga ada yang tau. Oleh karena itu bermanfaat lah. Agar saat meninggal, yang tersisa hanya kenangan baik.

Selamat pagi, selamat beraktivitas. Semoga hari kalian semua indah. Apa yang kalian inginkan terkabul dan dijauhkan dari sikap dan sifat buruk. Salam Damai.

Balola Waktu Itu…

Balola One…

Dering ponsel membuyarkan lamunan gw. Kota pelajar baru selesai diguyur hujan. Secangkir kopi pahit, sambil melihat lalu lalang kendaraan dan orang di selokan mataram, adalah sesuatu yang syahdu. Di ponsel tertulis nama “Mbah Balola” nama yang emang gw sematkan untuk menandai beliau

“Jare nang Jogja boss.” Sebuah percakapan tanpa hallo atau basa-basi lainnya.

“Iyo mbah, iki lagi ngopi.”

“Pie?” Tanya gw kemudian.

“Moleh taora? Ayo bareng. Aku nge-jam Jombor jam 10.15.”

“Berarti turu Jogja no?” Gw paham lah, jam nya NS itu seperti apa.

“Iyo. Lha pie? Telung rit ngko.”

“Ketemu Jogja wae Mbah. Tak nambah sedino nang kene.”

“Masuk boss. Merapat garasi ngko ya. Rodo wengi wae.”

“OK siap mbah.”

Sekelumit pembicaraan yang masih gw ingat dan gw simpan. Kenapa? Karena saat itu gw ada sedikit masalah yang lumayan lah. Medio 2016-2017 kan emang lagi jelek-jeleknya peruntungan gw.

Malam itu lepas Isya gw menuju Kasihan. Bukan Jogja kota, lebih tepatnya masuk Bantul. Di pinggir Ring Road tempat bus NS parkir dan crew serta driver istirahat jika dapat kesempatan “tidur jogja.”

Di sebuah meja yang sangat sederhana sudah ada beraneka macam makanan dan minuman. Dari yang lembek sampai yang keras. Obrolan terus mengalir dan gw bercerita soal masalah gw.

Solusi? Gw lebih senang menyebutnya sebagai advice dari orang tua ke anaknya. Tidak menggurui, tidak juga memarahi atau mencari kambing hitam.

“Masalah kui seko awak mu boss. Yo koe dewe sing iso mecahke. Konco ki ming ngei dobos-dobos kuro.”

“Sing penting urip kudu happy, OK? Anak buah Balola kok sedih. Pengen opo koe? Ayo mangkat.”

Quote yang masih gw ingat dan memang seperti itulah beliau. Hah, kemarin beliau pulang duluan. Jelas akan ada yang hilang saat main ke garasi NS. Jelas akan ada yang hilang saat mau ke Jogja ga ada lagi sopir jos dan lejen. Sugeng Tindak Mbah, ajaran dan petuah mu tak akan gw lupa.

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai